MANFAAT PUASA SUNAH SENIN
KAMIS
Nama saya Sifah Fauziah. Saya adalah seorang mahasiswi
dari Universtas Gunadarma di kota Depok. Setiap seminggu sekali saya biasa
mengunjungi papa dan mama di Jakarta. Alasannya sederhana, karena saya ingin
mengobari rasa rindu saya kepada oarngn tua saya. Seminggu sudah saya habiskan
hidup saya jauh dari orang tua. Bahkan, tidak hanya jauh, tetapi juga bias
dibilang sangat jauh. Sebab, harus melewati dua provinsi dengan perjalanan
kurang lebih 2-4 jam menggunakan motor maupun mobil. Saya telah pergi keluar
dari ruamah selepas lulus Sekolah Menengah Atas (SMA). Empat tahun lalu dan
kini usia saya menginjak 21 tahun.
Saya sangat sayang kepada papa dan mama. Dimasa kecil dan
remaja, saya selalu dekat dengan orang tua di rumah, mulai dari sepulang
sekolah sampai malam hari. Hal demikian dilakukan saya setiap hari tanpa
mengnal lelah dan capek. Sebab, saya sangat sayang kepada pap dan mama. Namun,
saya sekarangsendiri dengan dunia saya sekarang. Saya tidak bias membantu orang
tua lagi setiap hari. Sebab, sudah 3 tahun ini saya belajra dan belajar demi
meraih IPK yang memuaska ketika luls nanti. Kini etelah sampai semester 5, saya
baru menyadari bahwa ada banyak hal manis dan kenangan tersendiri yang
dilakukan dengan papa dan mama. Dan, itu sebenarnya adalah kunci untuk
menjadikan saya semangat dalam mengejar prestasi.
Saya tidak pernah malu punya papa dan mama yang hanya
sampai tamat SMA. Meskipun orang tua saya hanya sampai SMA, tetapi saya
menganggap bahwa orang tua saya adalah orang yang paling hebat. Pasalnya,
meskipun hanya sampai SMA orang tua selalu mendorong saya untuk terus
melanjutkan sekolah sampa ke jenjang yang paling tinggi. Saya sangat sayang
kepada papa dan mama saya. Ketika orang tua saya melakukan pekerjaan rumah,
saya selalu dating untuk menbantunya. Entah itu menyapu dan mengepel
lantai,mencuci piring, mencuci baju dan sebagainya. Saya tidak pernah absen
menbnatu orang tua. Justru itu saya akan marah jika orang tua tidak mau
dibantu, tak terkeculai dalam melakukan pekerjaan rumah yang berat sekalipun.
Setiap hari saya selalu disiapkan baju sekolah, bekal
makan, uang jajan oleh orang tua saya, demi agar saya tidak jajan sembarngan di
sekolah. Lalu ketika ujian tiba, saya selalu didoakan orang tua dengan berpuasa
Senin Kamis sepanjang dilaksanakanya hari ujian. Kata orangtua saya, saya
berdoa kepada Allah agar anak kesayannya itu diberi kemudaha dan ketenangan
pikiran dalam mengerjakan soal-soal ujian. Dan, benar saja kepada memanmg tidak
pernah mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal ujian di sekolah, mulai
dari ujian tengah semester, ujian semester, jian sekolah, hingga ujian
nasional.
Lalu, setelah lulus dari SMA, saya tak tahu apakah saya
akan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi atau tidak. Pasalny, pada saat itu
papa harus membayar sekolah untuk adik saya. Waktu itu saya parah apabila
memang tidak bias mealnjutkan kuliah. Namun, mama tetap memaksa untuk
melanjutkan kuliah dengan meminjam uang dari saudara untuk biaya pendaftaran
dan uang gedung kuliah. Saya ingat, sewaktu saya menagis dan menangis karena
menginginkan jurusan akuntansi, tetapi ternyata saya harus ke kota Depok yang
jarak temputnya paling cepat 2-4 jam sehari.
Lebih
dari itu, saya menangis mengingatbiaya hidupnya yang cukup maha di sana. Mama yang
ketika itu mengetahui Saya menangis, langsung memeluk Saya dan menasehati bahwa
semua itu tak perlu disikapi dengan cara menangis. Seba, dirinya masih punya
Allah yang tak pernah putus menolong hamba-Nya. Tiga hari berlalu, dengan
didampingi oleh papa dan mama, Saya pergi ke kota Depok mennggunakan mobil
untuk mendaftar kuliah jurusann akuntansi. Sebenarnya, didalam hati Saya
bingung, sebab keluarganya masih mempunyai tangungan selain Saya. Apalagi kuliah
di kota Depok yang notabase adlah kota yang lumayan jauh dari Jakarta. Tetapi,
Saya menepis semua itu. Saya ingat dengan nasihat papa dan mama bahwa dirinya
masih punya Allah yang tajk pernah putus menolong hamba-Nya.
Tiga
hari perjalanan, akhirnya sampai juga mereka di kota Depok. Dan, segeralah Saya
mendaftar kuliah ditemani mama. Sementara itu, papa Saya menggu di mobil sambil
merokok karena malam harinya belum merokok. Sungguh menakjubkan bahwa Saya
diterima tanpa tes. Pihak Universitas mau menerima mahasiswinya dari nilai
ujian Saya yang rata-rata 8. “Alhamdulillah,
akhirnya Saya tidak jadi membebaniorang tua Saya dalam membiayai kuliah. Mungkin,
ini berkat puasa Senin Kamis, Shalat Tahajjud yang rutin dijalankan mama setiap
hari dilaksanakannya ujian”. Pikir Saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar